Tahapan Stress

Jenna-ku. Sekarang wajahnya kuyu dan tubuhnya tak sepadat dulu. Dari malam ke malam kuperhatikan tidurnya semakin sedikit. Sementara aku tengah lelap, ia meracuni diri sendiri dengan menonton belasan DVD peninggalan Chicco dan menghirup kopi yang dibencinya. Seringkali ia hanya terduduk diam meletakkan kepalanya diantara kedua lututnya dan seakan tak ada tanda-tanda akan bergerak lagi. Keletihan jiwanya makin kuat menguar.
Malam ini kutemukan ia tergeletak di depan televisi. Aku sentuh pundaknya dan menaikkannya ke atas sofa. Perlahan Jenna mendongakkan kepalanya. Panas sekali saat kusentuh dahinya. Ia menatapku dengan pandangan yang membuatku ingin menarik Chicco kembali ke dunia saat ini juga. "Le, aku sangat merindukan Chicco..."
Dan untuk pertama kalinya setelah dua minggu kematian Chicco, Jenna meneteskan air mata...


Yap...sekarang kita membahas mengenai tahapan stress. Stress biasanya timbul secara perlahan, dan seringkali kita tidak menyadarinya. Meskipun demikian, para ahli jiwa telah membagi stress menjadi tahapan-tahapan berikut gejala-gejalanya, sehingga kita bisa mengenali sampai di tingkat manakah stress kita, dan bisa melakukan upaya-upaya untuk mengatasinya. Di bawah ini adalah tahapan-tahapan stress menurut Robert J. Van Amberg.

Stress tingkat 1
Tahapan ini adalah tahapan stress yang paling ringan, dan biasanya timbul perasaan-perasaan seperti ini :
a. Semangat besar
b. Penglihatan tajam tidak seperti biasanya
c. Energi berlebihan, kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan lebih daripada biasanya
Tahapan ini biasanya menyenangkan dan orang selalu bertambah semangatnya tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan energinya sedang menipis.

Stress tingkat 2
Dampak stress yang menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan disebabkan cadangan energi tidak lagi cukup untuk sepanjang hari. Keluhan-keluhan yang timbul antara lain :
a. Merasa letih sewaktu bangun pagi, sesudah makan siang dan menjelang sore hari
b. Terkadang timbul gangguan pada sistem pencernaan
c. Kadang jantung berdebar-debar
d. Rasa tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk
e. Perasaan tidak bisa santai

Stress tingkat 3
Keletihan semakin nampak disertai gejala-gejala :
a. Gangguan pada sistem pencernaan makin terasa (sakit perut, mulas, sering ingin ke belakang)
b. Otot-otot terasa lebih tegang
c. Perasaan tegang yang makin meningkat
d. Gangguan tidur (sulit tidur, sering bangun malam dan sulit untuk tidur lagi, atau bangun terlalu pagi)
e. Badan terasa lemas seperti mau pingsan, tapi tidak sampai pingsan

Stress tingkat 4
Pada tahap ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk yang ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut :
a. Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sulit
b. Kehilangan minat terhadap kegiatan-kegiatan yang tadinya terasa menyenangkan
c. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial, dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya
d. Tidur makin sulit, mimpi-mimpi menegangkan, dan seringkali terbangun dini hari
e. Perasaan negativistik
f. Kemapuan berkonsentrasi menurun tajam
g. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan

Stress tingkat 5
a. Keletihan yang mendalam (baik fisik maupun psikologis)
b. Untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu
c. Gangguan sistem pencernaan (sakit maag misalnya) terasa lebih sering, sulit buang air besar atau malah sebaliknya
d. Perasaan takut yang makin menjadi, mirip panik

Stress tingkat 6
Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan keadaan gawat darurat. Terkadang penderita sampai dibawa ke ICCU. Gejala-gejala pada tahapan ini cukup mengerikan.
a. Debar jantung terasa amat keras, disebabkan oleh kadar zat adrenalin yang dikeluarkan karena stress tersebut cukup tinggi dalam peredaran darah
b. Napas sesak, megap-megap
c. Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran
d. Tidak kuasa mengeluarkan tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun, pingsan atau collaps.

bersambung ke tulisan berikutnya Manajemen Stress...tetep semangat ya bacanya^^

Referensi : Keperawatan Jiwa (Iyus Yosep, 2007)

0 comments:

Post a Comment