Mengenali Serangan Jantung

Setengah dari semua orang yang mengalami serangan jantung tidak pernah merasakan gejalanya –atau setidaknya tidak pernah mengenali apa yang mereka rasakan sebagai gejala. Permasalahannya adalah : serangan jantung terjadi dengan cara yang berbeda-beda –dan rasa tidak nyaman dapat hilang-timbul, yang membuat orang cenderung menyalahkan penyebab lain, misalnya gangguan pencernaan.

Gejala paling umum adalah sebagai berikut :
nyeri dada atau ketidaknyamanan (dapat dirasakan seperti rasa tertekan, sesak, atau diperas), ketidaknyamanan pada tubuh bagian atas (dapat terjadi pada salah satu lengan, punggung, leher, rahang, atau perut), napas pendek, keringat dingin, pusing-pusing, keletihan luar biasa yang dirasakan secara tiba-tiba (tanpa mengalami kurang tidur).

Alasan rasa sakit atau ketidaknyamanan dapat begitu sulit dideteksi. Sebagai contoh, ada sebagian orang yang mengalami serangan jantung merasakan rasa sakit hebat pada bagian lengan kanannya, yang bukan merupakan sisi biasa bagi sakit jantung. Hal tersebut dikarenakan, jantung itu sendiri tidak memiliki serabut sakit secara khusus. Saraf jantung tidak merasakan sakit secara langsung. Tetapi, jika ada yang tidak beres dengan jantung, saraf-sarafnya akan menjadi tidak terkendali secara elektris. Dan, ketika menjalar ke tulang belakang, mereka mungkin membuat saraf-saraf yang lainnya mengalami korsleting –misalnya saraf-saraf yang berhubungan dengan lengan atau dada. Dan saraf-saraf yang terstimulasi inilah yang memancarkan rasa sakit. Sehingga rasa sakit dapat muncul pada lengan, dada, atau rahang, tergantung dimana saraf-saraf yang mengalami korsleting.

Otak terkadang turut bereaksi dengan mendorong saraf vagus (saraf yang bertanggung jawab untuk sistem pencernaan) yang menyebabkan gangguan perut dan keringat dingin. Namun jika serabut-serabut saraf ini tidak menjalar, maka orang tersebut tidak akan merasakan ketidaknyamanan sama sekali, bahkan ketika serangan jantung terjadi, dan inilah penyebab mengapa banyak orang tidak menyadari bahwa mereka sedang mengalami serangan jantung.

Seseorang dari keluarga yang memiliki sejarah penyakit jantung harus waspada karena kemungkinan ia mengidap penyakit yang sama lebih tinggi daripada rata-rata orang lain. Kecenderungan memiliki tingkat LDL yang lebih tinggi atau HDL yang lebih rendah atau faktor risiko lain, seperti tekanan darah tinggi bisa diwariskan.

Selain itu, tingkah laku dalam keluarga juga diwariskan. Misalnya jika ayah merokok, anak juga cenderung meniru tingkah lakunya untuk merokok. Bila orang tua suka mengkonsumsi makanan berkadar garam tinggi (yang berpotensi memicu tekanan darah tinggi), anak mungkin juga begitu. Atau bila orang tua memiliki pekerjaan yang menimbulkan stress, anak mungkin juga ikutan. Bagaimanapun mekanismenya, seseorang yang berasal dari keluarga yang memiliki sejarah penyakit jantung harus ekstra hati-hati terhadap kelakuan yang mengandung resiko.

0 comments:

Post a Comment