Efek Stres Terhadap Fungsi Ingatan

Ini adalah studi kasus yang sangat digemari : Seorang gadis baru saja putus dari pacarnya. Meskipun ia telah mempertimbangkan hal tersebut matang-matang, tidak urung ia merasa kehilangan juga. Kemudian ada seorang pria mendekatinya. Setelah merasa ‘tampangnya cakep juga, diajak ngobrol nyambung dan cucok lagi’ gadis ini pun berharap banyak pada pria itu. Tidak tahunya, pria itu mendekatinya hanya supaya ia bisa menjalin hubungan dengan sahabat dekat gadis itu. Merasa ada yang salah dengan dirinya, gadis itu pun menjadi frustasi dan depresi. Ia kepikiran terus masalah itu, jadi sulit belajar dan akhirnya IP-nya pun tiarap…

Gadis tersebut menderita gangguan psikologis. Gangguan psikologis secara umum ada depresi, stres pasca-trauma dan stres yang signifikan, yang semuanya dapat mengganggu fungsi ingatan yang optimal.

Depresi dapat menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, berfokus pada detail, dan menyerap informasi baru. Pada kasus depresi berat, dapat menyebabkan kesulitan tidur yang akhirnya menimbulkan permasalahan kognitif. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa depresi jangka panjang dapat menimbulkan hilangnya neuron di hipokampus dan amigdala, dimana dua bagian otak inilah yang berperan penting bagi ingatan. Pada seseorang yang memiliki sejarah depresi terus menerus, organ tersebut lebih kecil, jika dibandingkan dengan seseorang yang tidak mengalami depresi. Pada penelitian tersebut, seseorang yang pernah mengalami depresi memiliki performa yang buruk terhadap tes ingatan verbal.
Masalah ini dapat diatasi dengan mengkombinasikan psikoterapi dan pengobatan (baik terhadap depresi itu sendiri maupun terhadap gangguan tidurnya). Biasanya fungsi-fungsi kognitif akan kembali membaik secara menyeluruh dalam enam bulan.

Beberapa orang yang mengalami trauma psikologis yang parah (Post-Traumatic Stress Disorder/PTSD) akan mengalami gangguan stres pasca-trauma, yakni suatu kondisi yang ditandai oleh munculnya ingatan tentang kejadian traumatis tersebut secara terus-menerus. Ingatan tersebut terus mendesak dan mengganggu proses penerimaan informasi baru, konsolidasi ingatan, dan mengingat informasi yang tidak berhubungan dengan trauma tersebut. Tingkat stres yang tinggi memicu pengeluaran hormon kortisol yang tinggi, yang pada akhirnya dapat merusak hipokampus dan amigdala, bahkan mungkin sistem limbik (pengaturan emosi)-nya juga.
Memperbaiki fungsi ingatan seseorang yang mengalami PTSD adalah dengan menurunkan kadar kortisolnya sampai kembali normal, dengan kata lain berusaha mengurangi efek dari kejadian traumatis tersebut terhadap kejiwaannya. Psikoterapi dan dukungan dari orang-orang terdekat akan sangat membantu. Akan tetapi, penurunan ingatan bisa menetap jika telah terjadi kerusakan struktural terhadap hipokampus, amigdala dan sistem limbik.

Bicara mengenai stres, tentu saja kita semua mengalami stres. Anda tidak bisa mengontrol semua kejadian penyebab stres dalam kehidupan Anda, tetapi Anda dapat mengontrol reaksi Anda terhadapnya. Banyak orang bertanya, “Kapan saya bisa tahu bahwa stres saya berlebihan?” Jawabannya tergantung pada respon dan bukannya sumber stres itu sendiri. Lihatlah beberapa orang yang bekerja dalam jangka waktu lama dan dalam tekanan yang tinggi, namun tetap dapat terfokus dan menjaga diri. Sementara orang lain pada situasi yang sama akan merasa kewalahan. Reaksi terhadap stres-lah yang merusak.
Anda dapat mengontrol bahaya yang ditimbulkan stres tehadap ingatan dengan menemukan cara memodifikasi respon Anda terhadap kejadian yang memicu stres. Sebagian orang mengatasi stres dengan melakukan aktivitas fisik (olahraga), sebagian lainnya melakukan meditasi atau teknik relaksasi. Bagi sebagian lainnya, mengatasi stres merupakan masalah pembelajaran tentang batasan mereka –seberapa besar stres yang dapat mereka hadapi. Setiap orang berbeda. Yang penting adalah Anda memiliki aktivitas pengelola stres yang efektif bagi Anda.

0 comments:

Post a Comment